Jumat, 06 April 2012

contoh proposal skripsi BAB 1 metode ctl

EKPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CTL (Contextual Teaching and Learning) PADA KOMPETENSI FUNGSI DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan Indonesia memang ada kemajuan dan inovasi serta prestasi di berbagai bidang, namun hal itu tidak merubah penilaian dunia terhadap tingkat pendidikan secara menyeluruh di Indonesia.
Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang diluncurkan di New York, indeks pembangunan pendidikan atau education development index (EDI) berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934. untuk semua atau education for all di Indonesia menurun. Jika pada 2010 lalu Indonesia berada di peringkat 65, tahun ini merosot ke peringkat 69. Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia.
Tuntutan untuk menyelenggarakan pendidikan bermutu merupakan amanat dari UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 50 ayat 2 berbunyi : ”Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional”. Selanjutnya, untuk menjamin terselenggaranya pendidikan bermutu yang didasarkan pada standar nasional pendidikan, maka pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
              Di dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tersebut dinyatakan ada delapan komponen Standar Nasional Pendidikan (SNP), yakni standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar sarana dan prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian. Seluruh penyelenggaraan pendidikan harus mengacu pada tercapainya delapan standar nasional tersebut.
Secara umum prestasi belajar anak-anak SMA di Indonesia jika dibandingkan dengan anak-anak dari Negara lain masih jauh ketinggalan. Paling tidak, gambaran seperti itu tampak pada studi yang dilakukan oleh IEA (The International Association for the Evaluation of education Achievement), sebuah organisasi yang bergerak di bidang penilaian dan pengukuran pendidikan yang berpusat di Belanda. Berdasarkan hasil survey TIMSS (TRENDS IN International Mathematics and Science Study) tahun 2003 yang diselenggarakan oleh IEA, kemampuan anak-anak Indonesia dalam bidang matematika dan IPA masing-masing berada pada peringkat 34 dan 36 dari 46 negara yang di survey. Singapura menduduki peringkat pertama baik matematika maupun IPA. Malaysia berada di peringkat 10 untuk matematika, dan 20 untuk IPA. Sejumlah Negara maju di kawasan Asia Timur seperti Korea Selatan, jepang, Taiwan, dan Hongkong, mendominasi peringkat teratas baik bidang matematika maupun IPA. Negara-negara tersebut, termasuk Singapura dan Malaysia, dikenal mempunyai perhatian sangat tinggi terhadap pembangunan pendidikan. Hasil survey TIMSS tahun 2007 yang diikuti oleh 48 negara juga menunjukkan bahwa mutu pendidikan di Indonesia jauh ketinggalan dari negara-negara lain. Dalam bidang matematika dan IPA masing-masing berada di peringkat 36 dari 48 negara peserta.
Dunia pendidikan saat ini memusatkan mutu pendidikan pada peningkatan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang didalamnya terdapat guru dan peserta didik yang memiliki perbedaan kemampuan, keterampilan, filsafat hidup, dan lain  sebagainya. Adanya perbedaan tersebut menjadikan pembelajaran sebagai proses pendidikan memerlukan siasat, pendekatan, metode, dan teknik yang bermacam-macam sehingga peserta didik dapat menguasai materi dengan baik dan  mendalam. Penguasaan peserta didik terhadap suatu materi dapat dilihat dari kecakapan yang dimiliki peserta didik yang salah satunya adalah peserta didik menggunakan daya nalarnya untuk memecahkan suatu masalah yang ada.
Mengingat objek matematika abstrak, maka dalam pembelajaran matematika dimulai dari objek yang  konkret sehingga konsep matematika dapat dipahami betul oleh peserta didik, apalagi jika dikaitkan dengan kemampuan peserta didik untuk  menggunakan daya nalarnya dalam memecahkan masalah yang ada. Untuk itulah, Depdiknas (2002:6) menyatakan bahawa ”Materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi matematika dipahamai melalui penalaran dan penalaran dilatih melalui belajar materi matematika.”
Namun kenyataanya sebagian besar peserta didik belum mampu menghubungkan materi yang dipelajari dengan pengetahuan yang digunakan atau dimanfaatkan. Hal ini disebabkan karena penggunaan sistem pembelajaran yang yang kurang tepat  yaitu peserta didik hanya diberi pengetahuan secara lisan (ceramah), sedangkan peserta didik membutuhkan konsep-konsep yang berhubungan dengan  lingkungan sekitarnya. Karena belajar matematika yang diberikan tidak hanya transfer  pengetahuan tetapi sesuatu yang harus dipahami oleh peserta didik yang akan diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Belajar matematika akan lebih bermakna jika peserta didik mengalami sendiri apa yang dipelajari daripada hanya mengetahui secara lisan saja.
Pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Dengan peserta didik dapat menguasai materi maka peserta didik diharapakan dapat menggunakan daya nalarnya umtuk memecahkan suatu masalah yang ada.
Pendekatan kontekstual merupakan strategi yang dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna, tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan  yang ada. Dengan siswa diajak bekerja dan mengalami, siswa akan mudah memahami konsep suatu materi dan nantinya diharapkan siswa dapat menggunakan daya nalarnya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada.
Peneliti melihat bahwa peserta didik mengalami banyak kesulitan pada materi pokok fungsi. Kenyataan ini dapat dilihat dari hasil belajar pada pokok bahasan ini pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu masih banyak peserta didik yang belum  mencapai batas tuntas yang telah ditentukan. Kesulitan yang dialami dikarenakan kurangnya pemahaman dan kekurangtertarikan peserta didik pada pelajaran matematika. Salah satu faktor kekurangtertarikan peserta didik adalah suasana kelas yang pasif serta sebagian peserta didik terlanjur  menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit sehingga kecenderungan kelas menjadi tegang, karena itulah diperlukan guru yang aktif dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik dapat menguasai materi dan mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka akan dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis Contextual Teaching and Learning untuk peningkatkan pemahaman konsep fungsi.


B.      IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dilihat beberapa permasalahan yang dapat diangkat untuk diadakannya penelitian antara lain sbb:
1.      Adanya pandangan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sulit dan membosankan yang mengakibatkan rendahnya prestasi belajar matamatika siswa. Terkait dengan ini muncul suatu pertanyaan apakah dengan mengubah pandangan mengenai mata pelajaran matematika dapat meningkatkan prestasi belajar siswa atau tidak.Oleh karena itu dapat dilakukan penelitian mengenai hal ini..
2.      Rendahnya hasil belajar matematika siswa mungkin berkaitan dengan aktivitas belajar siswa. Terkait dengan ini muncul pertanyaan semakin tinggi aktivitas siswa dalam belajar matematika, semakin tinggi pula belajar matematikanya. Oleh karena itu dapat dilakukan penelitian mengenai hal ini.
3.      Kurang tepatnya model pembelajaran yang digunakan oleh Guru sehingga pada proses belajar mengajar dominasi Guru masih sangat tinggi, sedangkan partisipasi siswa sangat rendah sehingga pembelajaran cenderung searah dan klasikal. Terkait dengan hal ini muncul suatu pertanyaan apakah dengan mengubah model pembelajaran dapat mengubah prestasi belajar matematika siswa atau tidak. Oleh karena itu dapat dilakukan penelitian mengenai hal ini
4.      Ada kemungkinan bahwa rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh gaya belajar siswa. Terkait dengan hal ini maka muncul pertanyaan apakah jika siswa belajar sesuai dengan gaya belajarnya dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Oleh karena itu dapat dilakukan penelitian mengenai gaya belajar siswa.
5.      Pembelajaran ekspositori biasanya hanya mengarah pada terselesainya suatu materi tanpa memperhatikan partisipasi dari peserta didik.
6.      Akar penyebab munculnya permasalahan tersebut adalah guru sebagai fasilitator, dalam tahap persiapan  maupun tahap penyampaian materi ajar kurang melibatkan siswa dalam situasi optimal untuk belajar, cenderung pembelajaran berpusat pada guru dan klasikal akibatnya, siswa kurang mampu menangkap ide soal yang kemudian ditampilkan dalam kalimat matematika dengan simbol-simbol. Guru sebagai fasilitator dalam tahap penyampaian materi  maupun  dalam  tahap  pelatihan  kurang membimbing kerja kelompok  dalam menganalisis permasalahan soal cerita matematika sehingga pemahaman siswa terhadap konsep matematika yang dipelajari kurang optimal.

C.    PEMLIHAN MASALAH
Dari masalah yang telah diidentifikasi di atas, peneliti akan membatasi penelitian sebagai berikut:
1.      Terkait dengan permasalahan metode dalam proses pembelajaran yang mengedepankan keaktifan siswa. Hal ini penting mengingat paradigma pendidikan Indonesia menuntut terjadinya perubahan ke arah belajar aktif yang berpusat pada diri siswa. Oleh karena itu perlu diupayakan suatu strategi pembelajaran yang mewujudkan keaktifan siswa.
2.      Penerapan konsep matematika dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas. Hal tersebut mampu mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari konteks yang terbatasi sedikit demi sedikit dan dari proses mengkonstruksi sendiri sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat. Atau dengan kata lain siswa dapat menguasai konsep dengan cara yang lebih mudah. Akibatnya prestasi siswa dapat meningkat.

D.    PEMBATASAN MASALAH
Dari masalah yang telah dipilih di atas, akan diteliti  mengenai pengaruh metode pembelajaran yang mengaitkan matematika dengan kehidupan sehari-hari. Selanjutnya dilakukan pembatasan-pembatasan sebagai berikut:
1.      Metode pembelajaran yang digunakan adalah Contextual Teaching and Learning dan ekspositori.
2.      Pemahaman konsep matematika siswa dalam pembelajaran dibatasi pada kompetensi masalah fungsi.
3.      Ruang Lingkup penelitian adalah siswa SMA kelas X SMA Negeri 5 Purworejo.

E.     PERUMUSAN MASLAH
Rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut:
Apakah prestasi belajar matematika siswa  pada kompetensi masalah fungsi dengan pembelajaran Contextual Teaching and Learning akan lebih baik jika dibandingkan pembelajaran dengan metode  ekspositori?

F.     TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui apakah prestasi belajar matematika siswa  pada kompetensi masalah fungsi dengan pembelajaran Contextual Teaching and Learning akan lebih baik jika dibandingkan pembelajaran dengan metode  ekspositori.



G.    MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Manfaat Teoritis
Secara umum penelitian ini memberikan sumbangan kepada dunia pendidikan untuk dapat meningkatkan prestasi belajar matematika peserta didik. Prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam mengembangkan dan meningkatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta berperan sebagai umpan balik dalam dunia pendidikan.
2.      Manfaat Praktis
              Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi guru dan siswa. Bagi guru matematika, hasil penelitian dapat digunakan untuk menyelenggarakan layanan pembelajaran yang inovatif dan dapat diaplikasikan untuk mengembangkan model-model pembelajaran lebih lanjut. Bagi siswa, proses pembelajaran ini dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan dalam bidang matematika maupun secara umum kemampuan mengatasi permasalahan dalam hidupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar