BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Kajian
Teori
1.
Definisi
Hasil Belajar Matematika
a.
Definisi
Belajar
“Belajar” pernah dipandang sebagai
proses penambahan pengetahuan. Bahkan pandangan ini mungkin hingga sekarang
masih berlaku bagi sebagian orang di negeri ini. Akibatnya, “mengajar” pun
dipandang sebagai proses penyampaian pengetahuan atau keterampilan dari seorang
guru kepada para siswanya.
Stephert dan Ragan dalam Catharina Tri Anni, 2004:3, mengemukakan
:”Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu pereubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan”;
James O. Whittaker, mengemukakan: “
Belajar dapat didefinisikan sebagai proses yang menimbulkan atau merubah
perilaku melalui latihan atau pengalaman”;
Aaron Quinn Sartain, dkk, mengemukakan :
“Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan perilaku sebagai hasil
pengalaman”;
W.S.
Winkel, mengemukakan: “Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap”.
(Darsono, 2000: 3- 4).
Dari
beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
proses usaha perubahan tingkah laku yang melibatkan jiwa dan raga sehingga
menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, nilai dan sikap, yang dilakukan oleh
seorang individu melalui latihan dan pengalaman dalam interaksinya dengan
lingkungan.
b. Definisi
Matematika
Matematika merupakan ilmu universal yang
mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai
disiplin dan memajukan daya pikir manusia paling dalam. Mulyono Abdurrahman
(2003 : 252) menyatakan bahwa : Matematika adalah suatu cara untuk menemukan
jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan
informasi, menggunakan pengetahuan tentang menghitung dan yang paling penting
adalh memikirkan dalam diri manusia itu dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.
Menurut Herman Hudojo (2003:123)
matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan atau menelaah bentuk-bentuk
atau struktur-struktur yang abstrak dan huungan-hubungan diantara hal-hal itu.
Untuk dapat memahami struktur-struktur serta hubngan-hubungan tentu saja
diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep yang terdapat di dalam matematika
itu.
Menurut Johnson dan Mykkburt
(Abdurahman,2007: 256) mengemukakan bahwa matematika adalah bahasa simbolis
yang tinggi, praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan
keruangan, sedang fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir. Dalam
proses belajar mengajar matematika juga terjadi proses berpikir, sebab
seseorang dikatakan berpikir apabila orang itu melakukan kegiatan mental dan orang
yang belajar matematika harus melakukan kegiatan normal. Dalam berpikir, orang
menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang telah direkam
dalam pikirannya sebagai pengertian-pengertian.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu ilmu yang berhubungan tentang
konsep-konsep dan struktur-struktur yang abstrak serta hubungan diantara
hal-hal tersebut.
c. Definisi
Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai
oleh siswa yang telah mengikuti proses belajar mengajar. Hasil pada dasarnya
merupakan sesuatu yang diperoleh dari suatu aktivitas, sedangkan belajar
merupakan suatu proses yang mengakibatkan perubahan pada individu, yakni
perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya,
maupun aspek sikapnya. Hasil belajar merupakan istilah yang digunakan untuk
menunjukkan tingkat keberhasilan yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan
usaha tertentu. Dalam hal ini hasil belajar yang dicapai siswa dalam
bidang studi tertentu setelah mengikuti proses belajar mengajar.
Menurut Benyamin S. Bloom (Sumarni,
2007:30) menyebutkan ada tiga ranah belajar yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Hasil belajar merupakan keluaran dari suatu pemprosesan masukan.
Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan
keluarannya adalah perbuatannya atau kinerja. Perbuatan merupakan petunjuk
bahwa proses belajar telah terjadi dan hasil belajar dapat dikelompokkan
kedalam dua macam saja yaitu pengetahuan dan keterampilan. Masih menurut
Sumarni (2007:30), pengetahuan terdiri dari 4 kategori, yaitu (1) pengetahuan
tentang fakta, (2) pengetahuan tentang prosedur, (3) pengetahuan tentang
konsep, dan (4) pengetahuan tentang prinsip. Keterampilan juga terdiri atas
empat kategori, yaitu (1) keterampilan untuk berpikir atau keterampilan
kognitif, (2) keterampilan untuk bertindak atau keterampilan motorik, (3)
keterampilan bereaksi atau bersikap, dan (4) keterampilan berinteraksi.
Sudjana (2003:3) menyatakan bahwa: ”Hasil belajar adalah perubahan tinkah laku
yang timbul misalnya dari tidak tahu menjadi tahu”. Perubahan yang terjadi
dalam proses belajar adalah berkat pengalamn atau praktek yang dilakukan dengan
sengaja dan disadari atau dengan kata lain bukan karena kebetulan.tingkat
pencapaian hasil belajar oleh siswa disebut hasil belajar.
Adapun Soedijarto (Masnaini, 2003:6)
menyatakan bahwa Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh
pelajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan
pendidikan. Hasil belajar dalam kerangka studi ini meliputi kawasan kognitif,
afektif, dan kemampuan/kecepatan belajar seorang pelajar. Sedangkan Keller
(Abdurrahman, 1999:39), mengemukakan hasil belajar adalah prestasi aktual yang
ditampilkan oleh anak, hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha (perbuatan
yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar) yang dilakukan oleh anak.
Dengan demikian hasil belajar dapat di simpulkan, sesuatu yang dicapai atau
diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut
dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang
terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu
penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang
terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu
perubahan tingkah laku secara kuantitatif
d. Definisi hasil Belajar Matematika
Hasil belajar
matematika siswa merupakan suatu indikator untuk mengukur keberhasilan siswa
dalam proses pembelajaran matematika.
Sudjana (2003:3)
menyatakan bahwa: ”Hasil belajar adalah
perubahan tinkah laku yang timbul misalnya dari tidak tahu menjadi tahu”.
Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalamn atau
praktek yang dilakukan dengan sengaja dan disadari atau dengan kata lain bukan
karena kebetulan.tingkat pencapaian hasil belajar oleh siswa disebut hasil
belajar.
Hasil belajar ini diperoleh siswa
setelah mengikuti proses belajar mengajar. Untuk mengetahui tingkat pencapaian
hasil belajar siswa atau kemampuan siswa dalam suatu pokok bahasan guru
biasanya mengadakan tes hasil belajar.Hasil belajar dinyatakan dalam bentuk
skor yang diperoleh siwa setelah mengikuti suatu tes hasil belajar yang
diadakan setelah selesai program pengajaran.
Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
matematika adalah tingkat keberhasilan dalam menguasai bidang studi matematika
setelah memperoleh pengalaman atau proses belajar mengajar dalam kurun
waktu tertentu yang akan diperlihatkan melalui skor yang diperoleh dalam tes
hasil belajar. Hasil belajar matematika dalam penelitian ini merupakan
kecakapan nyata yang dapat diukur langsung dengan menggunakan tes hasil belajar
matematika.
Kecakapan tersebut menyatakan seberapa jauh atau seberapa besar tujuan
pembelajaran atau instruksional yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar
matematika.
2. Metode
Pembelajaran
a.
Metode Pembelajaran CTL (Contextual
Teaching and Learning)
a)
Pengertian
Dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran saat ini mulai bermunculan penemuan atau
pengembangan strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran yang saat ini berkembang adalah strategi pemebelajaran
dengan pendekatan kontekstual. Di Belanda pembelajaran ini dikenal dengan
nama Realistic
Mathematics Education (RME) sedangkan di Amerika lebih
dikenal dengan sebutan Contextual
Teaching and Learning (CTL).
Pendekatam
kontekstual adalah pendekatan dengan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajukan dengan situasi dunia nyata dan mendorong
siswa membuat hubungan antara yang dimiliki dan penerapannya dalam kehidupan
(Nurhadi. 2004: 1)
Menurut
Nurhadi (2004: 12) disebutkan tentang
beberapa terjemahan definisi pembelajaran kontekstual sebagai berikut.
1. Sistem CTL merupakan proses pendidikan yang
bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pekerjaan yang mereka
pelajari dengan cara menghubungkan dengan konteks kehidupan mereka sehari hari
yaitu dengan kontek lingkungan, pribadinya, sosialnya, dan budayanya. Untuk
mencapai tujuan tersebut system CTL akan menuntun siswa melalui kedelapan
komponen utam CTL yaitu melakukan hubungan yang bermakna, menegerjakan
pekerjaan yang berarti, mengatur cara belajar sendiri, bekerja sama, mencapai
standar yang tinggi dan asemen autentif.
2. Ada tujuh yang mencirikan konsep CTL yaitu
kebermaknaan, penerapan itensi, berfikir tingkat tinggi, kurikulum yang
digunakan harus standar, berfokus pada budaya, keterlibatan siswa.aktif dan
asetmen autentif.
Kesimpulan
dari pembelajaran CTL adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia
nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara penegetahuan
yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara
siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari konteks yang terbatasi
sedikit demi sedikit dan dari proses mengkonstruksi sendiri sebagai bekal untuk
memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
b)
Penerapan Pembelajaran Kontekstual
Menurut
Nurhadi (2004:31) ada tujuh komponen utama yang mendasari penerapan
pembelajaran konteksrual di kelas. Komponen-komponen tersebut yaitu
konstruktivisme, menumukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian sebenarnya. Ketujuh
komponen tersebut dapat diterapkan tanpa harus mengubah kurikulum yang ada,
bidang studi apa saja dan kelas yang bagaimanapun keadaanya
Secara
proposi ketujuh komponen pembelajaran kontekstual sebagai berikut.
1. Konstruktivisme (Contructivism)
Merupakan
landasan berpikir yang menjelaskan bahwa pengetahuandibangun sedikit demi
sedikit dan hasilnya diperluas secara terbatas.Pengetahuan bukanlah sebagai
fakta atau konsep yang harus diingatmelainkan harus direkonstruksi agar
menciptakan pengalaman baru.Pendekatan dalam
KBM ini dengan merancang pembelajaran agar siswabekerja, praktikum,
demonstrasi dan menciptakan karya.
Pembelajaran
menekankan pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif dari
pengalaman atau pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang
bermakna.
2. Menemukan (Inkuiriy)
Menemukan
merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL atau pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dan ketrampilan siswa diperoleh
bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta tetapi hasil dari penemukan
sendiri. Guru selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan,
apapun materi yang diajarkannya. Siklus
inquiri: merumuskan masalah, observasi, bertanya, mengajukan dugaan
(hipotesis), pengumpulan data dan penyimpulan
3. Bertanya
(Questioning)
Questioning atau bertanya adalah
salah satu strategi pembentukan pendekatan CTL. Bagi guru bertanya dipandang
sebagai kegiatan untuk mendorong siswa
mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, membimbing
dan menilai kemampuan siswa. Bagi siswa bertanya merupakan kegiatan penting
dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiry, yaitu menggali
informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum
diketahui.
Pada semua aktivitas belajar questioning dapat diterapkan antara siswa
dengan siswa, antara siswa dengan guru,
antara guru dengan siswa, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke
kelas. Aktifitas bertanya juga dapat ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja
dalam kelompok, ketika menemukan kesulitan, dan ketika mengamati.
4. Permodelan
(Modelling)
Modeling atau permodelan adalah
kegiatan pemberian model dengan tujuan untuk membahasakan gagasan yang kita
fikirkan, mendemonstrasikan bagaimana kita menginginkan para siswa untuk
belajar atau melakukan sesuatu yang kita inginkan. Sebuah pembelajaran
ketrampilan atau pengetahuan adalah model yang bisa ditiru. Model itu bisa
berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olah raga, contoh
surat, cara melafalkan Inggris, atau guru memberi contoh cara mengerjakan
sesuatu sehingga guru menjadi model tentang bagaimana belajar. Guru bukan
satu-satunya perancang model, model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
5. Masyarakat
Belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar adalah kegiatan
pembelajaran yang difokuskan pada aktivitas berbicara dan berbagai pengalaman
dengan orang lain. Aspek kerjasama dengan orang lain untuk menciptakan
pembelajaran yang lebih baik untuk memberikan ruang seluas-luasnya bagi siswa
untuk membuka wawasan, berani mengemukakan pendapat yang berbeda dengan orang
lain pada umumnya, dan berani
berekspresi serta berkomunikasi dengan teman sekelompok atau teman sekelas. Hal
ini berarti hasil pembelajaran diperoleh dengan kerjasama dengan orang lain.
Hasil belajar diperoleh dari “sharing“ antara teman kelompok dan antara yang
tahu dengan tidak tahu. Dalam kelas CTL, guru selalu melaksanakan pembelajaran
dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok yang anggotanya
heterogen, guru juga melakukan kolaborasi dengan mendatangkan ahli kedalam
kelas.
6. Refleksi
Refleksi
adalah cara berfikir tentang apa yang
baru dipelajari atau berfikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan
dimasa lalu. Siswa menyimpan apa yang telah dipelajari sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan
pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Reflkeksi merupakan respon
terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Pengetahuan
yang diperoleh siswa diperluas melaui konteks pembelajaran, yang kemudian
diperluas sedikit demi sedikit. Guru membantu siswa membuat hubungan-hubungan
antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru.
7. Penilaian Yang Sebenarnya
(Authentic Assessment)
Penilaian
adalah proses pengumpulan berbagai data
yang dapat memberi gambaran pengembangan
belajar siswa. Gambaran itu perlu diperoleh guru agar bisa memastikan bahwa
siswa mengalamim proses belajar yang
benar. Apabila data yang dikumpulkan guru untuk mengidentifikasikan bahwa siswa
mengalami kemacetan dalam belajar , maka guru segera mengambil tindakan yang
tepat agar siswa tebebas dari kemacetan
belajar. Penilaian dilakukan secara terintegrasi dari kegiatan pembelajaran.
Data yang dikumpulkan harus dari
kegiatan yang nyata yang dikerjakan
siswa pada proses pembelajaran. Jika guru ingin mengetahui perkembangan
siswa maka guru harus mengumpulkan data
dari kegiatan nyata saat siswa melakukan kegiatan atau percobaan.
Menurut Zahorik (1995) dalam buku
Depdiknas (2002: 7) ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek
pembelajaran CTL yaitu:
a.
Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (Activating Knowledge).
b.
Pemerolehan pengetahuan baru (Acquiring Knowledge) dengan cara mempelajari
secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya.
c.
Pemahaman pengetahuan (Understanding Knowledg), yaitu dengan cara menyusun:
hipotesis, melakukan sharing dengan orang lain agar mendapat tanggapan dan atas
dasar tanggapan itu konsep direvisi dan dikembangkan.
d.
Mempraktekan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledg).
e.
Melakukan refleksi (relfekting knowledge) terhadap strategi pengembangan
pengetahuan tersebut.
c)
Perbedaan
Pendekatan Kontekstual Dengan Pendekatan
Tradisional (Behaviorisme/Ekpositori)
No
|
Kontekstual
|
Ekspositori
|
1
|
Siswa
secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran
|
Siswa
adalah penerima informasi secara pasif
|
2
|
Pembelajaran
dikaitkan dengan kehidupan nyata dari atau masalah yang disimulasikan
|
Pembelajaran
sangat abstrak dan teoritis
|
3
|
Pemahaman
rumus dikembangkan atas dasar skema yang sudah ada dalam diri siswa
|
Rumus
itu ada diluar diri siswa, yang harus diterangkan, diterima, di hafalkan, dan
dilatih
|
4
|
Pemahaman
rumus relative berbeda antara siswa satu dengan yang lainnya, sesuai dengan
skema siswa (on going proess of
development)
|
Rumus
adalah kebenaran absolute (sama untuk semua orang), Hanya ada dua kemungkinan
yaitu pemahaman rumus yang salah atau pemahaman rumus yang salah
|
5
|
Siswa
menggunakan ke mampuan berfikir kritis, terlibat penuh dalam mengupayakan
terjadinya proses pem-belajaran yang efektif, ikut bertanggung jawab atas
terjadinya proses pem-belajaran yang efektif, dan membawa skemta masing-masing
ke dalam proses pembelajaran.
|
Siswa
secara pasif menriman rumus atau kaidah (membaca, mendengarkan, mencatat,
menghafal)
tanpa memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran.
|
6
|
Siswa
diminta bertanggung jawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing.
|
Guru
adalah penentujalannya proses pembelajaran
|
7
|
Pembelajaran
terjadi diber bagai tempat, konteks, dan setting
|
Pembelajaran
hanya terjadi dalam kelas
|
b. Metode
Ekspositori
Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan
terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan
contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi,
tanya jawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru
secara cermat. Penggunaan metode ekspositori merupakan metode pembelajaran
mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung.
Penggunaan metode ini siswa tidak perlu mencari dan
menemukan sendiri fakta-fakta, konsep dan prinsip karena telah disajikan secara
jelas oleh guru. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori
cenderung berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi
pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran. Metode ekspositori sering dianalogikan
dengan metode ceramah, karena sifatnya sama-sama memberikan informasi.
Menurut Hasibuan dan Moedjiono
(2000 : 13) metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajara dengan
komunikasi lisan. Metode ceramah lebih efektif dan efisien untuk menyampaikan
informasi dan pengertian. Margono (1989 : 30) mengem,ukakan bahwa metode
ceramah adalah metode mengajar yang menggunakan penjelasan verbal. Komunikasi
bersifat satu arah dan sering dilengkapi dengan alat bantu audio visual,
demonstrasi, tanya jawab, diskusi singkat dan sebagainya. Lebih lanjut Hasibuan
dan Moedjiono (2000 : 13) mengemukakan bahwa agar metode ceramah efektif perlu
dipersiapkan langkah-langkah sebagai berikut: a) merumuskan tujuan
instruksional khusus yang luas, b) mengidentifikasi dan memahami karakteristik
siswa, c) menyusun bahan ceramah dengan menggunakan bahan pengait (advance
organizer), d) menyampai-kan bahan dengan memberi keterangan singkat dengan
menggunakan papan tulis, memberikan contoh-contoh yang kongkrit dan memberikan
umpan balik (feed back), memberikan rangkuman setiap akhir pembahasan
materi, e) merencanakan evaluasi secara terprogram
Dari beberapa pendapat di
atas, bahwa metode ekspositori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
mengobinasikan metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Pemberian tugas
diberikan guru berupa soal-soal (pekerjaan rumah) yang dikerjakan secara
individual atau kelompok. Adapun hasil belajar yang dievaluasi adalah luas dan jumlah
pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang dikuasai siswa. Pada umumnya alat
evaluasi hasil belajar yang digunakan adalah tes yang telah dibakukan atau tes
buatan guru.
3. Kerangka
Berpikir
Dengan menggunakan model
pembelajaran Contexstual Teaching and Learning
(CTL) pada pembelajaran matematika di SMA diharapkan dapat meningkatkan
penalaran matematika siswa. Disini siswa akan lebih mudah menangkap konsep.
Pemahaman konsep secara logika akan mengurangi kesalahan pengerjaan yang dilakukan. Sehingga siswa dapat menggunakan
daya nalarnya untuk memecahkan masalah yang ada. Untuk itu seorang guru harus
mampu dan menguasai cara penyampaian materi pembelajaran dengan model
pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL). Apabila seorang guru dalam melakukan persiapan pembelajaran kontekstual
sudah opatimal, maka dalam proses pembelajaran diharapkan hasilnya juga
memuaskan karena siswa telah menguasai konsep dan siswa dapat menggunakan daya
nalarnya sehingga siswa mampu mengikuti pembelajaran tersebut. Dengan siswa diajak untuk mempraktekkan
langsung pada kehidupan sehari-hari akan membuat siswa merasa senang dan merasa
membutuhkan. Dengan demikian siswa akan mudah menguasai konsep dan menggunakan
daya nalarnya untuk memecahkan
masalah-masalah yang muncul pada kehidupan nyata.
4. Hipotesis
Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini
adalah model pembelajaran CTL lebih efektif daripada model pembelajaran ekspositori
terhadap penalaran matematika siswa kelas X SMA N 5 Purworejo pada pokok
bahasan fungsi. Setelah siswa mempelajari materi dengan cara model pembelajaran
CTL diharapkan siswa dapat menyelesaikan suatu masalah yang muncul. Hal ini
dapat dilihat bagaimana siswa menyelesaikan masalah yang ada pada soal tes yang
akan dilakukan dalam penelitian ini. Sehingga dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa disekolah tersebut.
kak boleh mintadaftar pustakanya ga ? thankyouu
BalasHapus